Jumat, 09 September 2016

Laudato Si : Semangat Cinta Lingkungan Yang Gerejawi

Hasil gambar untuk pembahasan laudato si
Dalam sebuah dokumen gereja yang di rilis pada Kamis  (18/6), Paus Fransiskus menuliskan argumen teologinya tentang pentingnya mengatasi perubahan iklim dan melindungi lingkungan. Ia menjelaskan kerusakan yang terus-terusan dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan sebagai "satu tanda kecil dari krisis etika, budaya dan spiritual modernitas. Solusinya, menurutnya membutuhkan pengorbanan dan "revolusi budaya" di seluruh dunia.
Ini adalah beberapa poin penting dari dokumen tersebut, atau yang disebut ensiklik, berjudul "Laudato Si,'' (Praise Be):
SAINS: Paus menjelaskan “sebuah sensus sains solid" menunjukkan bahwa pemanasan global itu nyata, dan akan mengurangi ketersediaan air minum, merusak pertanian, menyebabkan kepunahan hewan dan tumbuhan, meningkatkan keasaman laut dan menaikkan permukaan air laut yang menyebabkan kebanjiran di kota-kota besar dunia. Ia mengatkan perubahan iklim terjadi secara alami, tetapi penelitian menunjukkan bahwa pemanasan global “terutama” disebabkan oleh aktivitas manusia.


EKONOMI: Ensiklik ini merupakan kritik ekonomi dan juga panggilan untuk menyelamatkan lingkungan. Paus Fransiskus mengatakan negara-negara kaya mempunyai “utang ekologis” terhadap negara-negara berkembang, yang sumber daya alamnya diambil untuk produksi dan konsumsi bahan bakar bagi negara-negara industri. Ia menyebutkan hubungan ekonomi ini adalah hubungan dengan “struktur yang sesat” dan menolak argumen bahwa pertumbuhan ekonomi saja bisa memecahkan masalah kelaparan dan kemiskinan global serta memperbaiki keadaan lingkungan. Menurutnya pola pikir seperti itu sebagai sebuah “konsep pasar yang ajaib.”



KEBIJAKAN PEMERINTAH: Paus Fransiskus mengatakan bahwa peraturan pemerintah mutlak diperlukan untuk mengurangi pemanasan global dan "penting untuk merancang lembaga internasional yang lebih kuat, lebih efisien dan terorganisir'' dengan memanfatkan kewenangan untuk memberikan sanksi bagi mereka yang melanggar peraturan. "Konsensus global penting untuk menghadapi masalah yang lebih kompleks, yang tidak dapat diselesaikan secara sepihak dari masing-masing negara," kata Paus. Namun, ia mengatakan peraturan saja tidak akan memecahkan masalah. Sebaliknya, pandangan untuk merubah etika secara menyeluruh mutlak diperlukan untuk memprioritaskan perawatan alam dan manusia.




MANUSIA: Paus mengatakan setiap aktivitas yang berdampak pada lingkungan juga harus “memperhitungkan hak-hak dasar kaum miskin dan mereka yang kurang mampu.” Dia mengatakan "konsumerisme yang tidak beretika” telah menyebabkan tingkat konsumsi yang menyebabkan memperparah kerusakan lingkungan. Dia mengajak setiap orang untuk membentuk jaringan sosial dengan tujuan menekan pemimpin politik untuk melakukan perubahan dan membantu mereka yang kehilangan tempat tinggal atau pekerjaan akibat perubahan iklim. Ia juga mendesak agar masyarakat mengubah gaya hidup mereka, termasuk “menggunakan transportasi umum, atau naik mobil bersama-sama, dan menanam pohon serta mematikan lampu-lampu yang tidak digunakan.
IMAN: Paus Fransiskus menyebutkan inti ajaran Katolik adalah menekankan kepedulian terhadap makhluk ciptaan Tuhan dan kaum miskin. Ia mendesak manusia bertanggungjawab secara moral untuk merawat lingkungan seperti yang tertulis di kitab Kejadian 2:15 bahwa kita memiliki tugas untuk “menjaga” dan “merawat” Bumi. Paus berdoa untuk diskusi tentang iklim yang diselenggarakan oleh PBB dan menulis dua doa tentang pelestarian lingkungan, dan meminta Tuhan untuk memberikan, “kesembuhan dalam hidup kita, agar kita dapat terus melindungi dan merawat bumi dan menggerakkan hati orang-orang yang hanya mencari keuntungan dan mengorbankan orang-orang miskin dan dunia.”
Sumber berita : http:www.voaindonesia.com

Selasa, 15 Maret 2016

Umat Hindu Banyumas merayakan Dharma Santi, Pemuda Katolik turut hadir

Dok. Pemuda Katolik Komcab. Banyumas

Setelah merayakan Hari Raya Nyepi, bagi Umat Hindu seperti biasanya merayakan Dharma Santi. Dharma Santi dijelaskan sebagai bagian dari ajaran Hindu sebagai bagian dari aktualisasi ajaran Weda. Kegiatan ini diwujudkan dengan menjalin kebersamaan antar Umat Hindu dalam bentuk dharma wecana, diskusi maupun saling mengunjungi. Tujuan Dhama Santi dilaksanakan adalah untuk mencapai kedamaian dengan jalan kebenaran. Kedamaian yang dimaksud disini tidak terbatas kedamaian pada pribadi (personal), tetapi kedamaian yang diperoleh semua orang sebagai mahkluk sosial.

Tidak berbeda dengan Umat Hindu di Kabupaten Banyumas, juga melaksanakan acara Dharma Santi tersebut. Dharma Santi pada waktu ini (13/05/2016) dilaksanakan di Pura Giri Kendeng, Desa Klinting, Kecamatan Somagede. Acara ini dilaksanakan pukul 19.00 WIB dan dilanjut dengan sarasehan dan ramah tamah. Didalam agenda ramah tamah tersebut, Ketua PHDI Banyumas, Bpk. Wayan Antara menyampaikan beberapa wejangan bagi Umat Hindu yang hadir agar dapat saling memaafkan sebagai wujud syukur kepada Sang Hyang Widi (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam kesempatan ini hadir pula Pemuda Katolik Komisariat Cabang Banyumas yang diundang oleh Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah) Banyumas. 

Ketua Pemuda Katolik Komisariat Cabang Banyumas, Robertus Aditya diberikan kesempatan menyampaikan sambutan. "Sudah selayaknya sebagai umat manusia kita saling memaafkan, kami mewakili Umat Katolik mengucapkan selamat Hari Raya Nyepi, Tahun Baru Saka 1938 dan Dharma Santi," kata Ketua Pemuda Katolik Komisariat Cabang Banyumas.

Selanjutnya acara dilajutkan dengan makan bersama dan saling bersalam-salaman. Setelah acara usai, Pemuda Katolik Banyumas bersama Peradah Banyumas berbincang-bincang sejenak dan merencanakan kerjasama kedepannya baik di bidang sosial maupun kerohanian. Semoga kedepan dapat bersinergi bersama dalam membangun bangsa ini. [red]

Om Swastiastu,