Senin, 25 Mei 2015

Rembug Gayeng Regeng di Katedral Semarang



“REMBUG, GAYENG, REGENG”
Di Keuskupan Agung Semarang

 
sumber : koleksi foto Gereja Katedral Semarang
         Semarang, 24/05/2015. Kaum muda Katolik se-Keuskupan Agung Semarang dari segala penjuru berkumpul di Aula Keuskupan Agung Semarang. Bukan saja dari wilayah territorial Keuskupan Agung Semarang saja yang turut merapat ke Keuskupan Agung yang penuh catatan sejarah itu. Namun turut serta pula Kaum Muda dari wilayah Keuskupan Purwokerto, salah satunya kawan-kawan Pemuda Katolik Komisariat Cabang Banyumas.
           Ada apa gerangan kaum muda Katolik itu berkumpul? Pada hari yang berbahagai itu kaum muda Katolik di Semarang mengadakan agenda rutin yang diberi nama “Rembug, Gayeng, Regeng” dengan tema Gereja Mempersiapkan Kader Bangsa. Acara tersebut diisi oleh tokoh Katolik sekaligus Menteri Perhubungan RI, Bapak Ignatius Jonan dan RD. Edi Purwanto selaku Sekretaris KWI untuk berbincang-bincang bersama.
          Sesi yang pertama diisi sharing oleh Bapak Ignatius Jonan beserta Istri. Beliau merupakan salah satu Kader Katolik yang sukses di dunia bisnis dan perpolitikan. Nama beliau tidak hanya dikenal setelah menjadi Menteri, namun kesuksesannya patut untuk dipuji waktu beliau berkiprah di BUMN sebagai Dirut. PT Kereta Api Indonesia. Segala stretegi dia lakukan dalam pengembangan transportasi, khususnya kereta api. Mulai dari segi pelayanan sampai fasilitas interior kereta api itu sendiri. Berkat kesuskesannya di PT.Kereta Api Indonesia itu, beliau dipercaya Rakyat Indonesia untuk melenggang di kancah perpolitikan sebagai Menteri Perhubungan RI.
          Di moment ini, Bapak Jonan memberikan “wejangan” terhadap kaum muda Katolik agar dapat menjadi kaum muda Katolik yang terjun langsung ke masyarakat dan berkiprah bagi Negara. Beliau juga menuturkan pengalaman iman beliau sebagai umat Katolik tanpa harus memampangkan ke-Katolikannya itu.
          Pada sesi yang kedua RD. Edi Purwanto menambahkan bahwa sebagai kader gereja, kita juga harus berperan penting juga sebagai kader Bangsa. Tidak jauh berbeda dengan ajakan Mgr.Soegijapranata, 100% Katolik dan 100% Tanah Air.

Penulis : Robertus Aditya

Selasa, 05 Mei 2015

Santo Yohanes Berchmans, Pengaku Iman

Yohanes Berchmans lahir di kota Diest, Belgia Tengah pada tanggal 13 Maret 1599. Ayahnya yang tukang kayu itu bercita-cita agar Berchmans kelak menjadi orang yang berpangkat tinggi dan masyhur namanya. Dalam sikapnya yang tenang laksana air jernih tak beriak, Berchmans bercita-cita menuntut ilmu setinggi-tingginya. Ia mendapat pelajaran bahasa Latin dari Peter Emerich. Imam ini sering mengajaknya ke biara dan pastoran. Pengalaman inilah yang mempengaruhi cita-citanya di kemudian hari yaitu menjadi seorang imam. Tetapi karena perusahaan ayahnya, mengalami kemunduran hebat dan ibunya sakit keras, ia dipanggil pulang ke rumah agar bisa membantu ayahnya dalam memperbaiki keadaan ekonomi keluarga. Ayahnya memutuskan untuk menghentikan studinya.
Mendengar keputusan ayahnya, ia diam tertegun sambil merenungkan nasibnya di kemudian hari. Ia lalu memutuskan untuk melanjutkan studinya atas tanggungan pribadi dan berjanji untuk makan roti kering saja dan hidup sederhana, asal cita-citanya tercapai. Ayahnya mengalah. Sambil mengikuti pelajaran di sebuah kolese umum, ia bekerja sebagai pelayan di gereja Katedral untuk memperoleh nafkahnya. Berkat kecerdasan serta kemauannya yang keras, ia selalu lulus dalam ujian dengan nilai yang gemilang. Ia bahkan selalu menjadi juara kelas. Teman-temannya sangat baik dan sayang padanya karena tabiatnya yang tenang dan periang. Kegemarannya adalah menjadi pelakon dalam setiap drama yang di pertunjukkan sekolah.
Ketika menginjak tahun terakhir studinya yaitu tahun retorika, ia pindah ke Kolese Yesuit di Malines pada tahun 1615. Hal yang menarik dia ke sana ialah semangat perjuangan dan kemartiran para misionaris Yesuit di Inggris. Tahun 1616, setelah mengalahkan ketegaran hati ayahnya, ia masuk novisiat Yesuit dan setahun kemudian ia dikirim ke Roma untuk melanjutkan studinya di sana. Dari sana ia mengirim surat kepada orang-tuanya: "Dengan rendah hati, aku berdoa untuk ayah dan ibu. Dan dengan segenap kasih-sayangku dan cintaku . . . saya ucapkan 'selamat datang dan selamat tinggal' kepada kalian, karena kalian mempersembahkan kembali aku puteramu, kepada Tuhan. Dia yang telah memberikan aku kepada kalian."
Sebagai novis, Berchmans sangat mengagumkan. Hidup asketik dan tulisan-tulisan rohaninya sangat mendalam, sempurna, seperti tampak di dalam kalimat: "Menabung banyak harta dalam bejana yang kecil." Sekali peristiwa ia membaca riwayat hidup Santo Aloysius. Pedoman yang diambilnya dari Aloysius ialah: "Jika saya tidak jadi orang suci di masa mudaku, maka tak pernah saya akan menjadi demikian." Tuhan memberinya waktu tiga tahun untuk mencapai apa yang diidamkannya. Dua hari sebelum pesta Santa Maria diangkat ke Surga, yaitu tanggal15 Agustus 1621, ia meninggal dunia dalam usia 22 tahun.
Meskipun dia meninggal dalam usia yang begitu muda, namun ia dinyatakan 'kudus' oleh Gereja karena ia menyempurnakan diri dengan melaksanakan tugas-tugas hariannya dengan sangat baik. Ia berhasil mencapai cita-citanya: menjadi seorang biarawan yang tekun melaksanakan tugas-tugas yang sederhana dengan sempurna penuh tanggung jawab, riang dan senang hati demi cinta akan Tuhan. Berchmans menjadi contoh teladan dan pelindung para pelajar.

Mars dan Tri Prasetya



Senin, 04 Mei 2015



Visi dan Misi Pemuda Katolik

VISI

Membentuk setiap Anggota untuk lebih berani dan mampu mengaktualisasikan Panggilan Kristiani dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan kehendak Allah secara kontekstual.

MISI 

  1. Menegakan, memelihara, mengamalkan, dan membela nilai-nilai Pancasila, UUD’45 dan Ajaran Gereja Katolik. 
  2. Mengembangkan watak Kristiani dalam diri Kaum Muda Katolik Indonesia, termasuk akan tanggung jawab dan kepekaannya terhadap masalah yang dihadapi oleh gereja dan nusa bangsanya.
  3. Mempersiapkan Kaum Muda Katolik untuk menjadi ‘penggerak kegiatan membangun’ yang tangguh bagi Gereja dan Bangsa Indonesia. 
  4. Mempersiapkan Kaum Muda Katolik untuk menjadi pelopor kehidupan yang rukun, damai penuh kasih, toleransi positif dan kerjasama antar umat beragama yang lain. 

Minggu, 03 Mei 2015

Hubungi kami

Email            pk.purwokerto03@gmail.com

Telephone :

  • Ketua Komcab Banyumas (085258853629)

  • Sekretaris Komcab Banyumas (085727550008)

Fanpage FB :

Search Pemuda Katolik Komisariat Cabang Banyumas

                

Sejarah Pemuda Katolik di Indonesia

 Lambang Pemuda Katolik

           Tgl 15 November 1945 Lahir Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia (AMKRI) ditengah ramainya perjuangan dan munculnya organisasi kepemudaan. 12 Desember 1949 dalam Kongres Umat Katolik Seluruh Indonesia (KUKSI) lahir Muda Katolik Indonesia (MKI). Seterusnya pada Juni 1960 MKI dalam kongres di Solo diubah menjadi Pemuda Katolik yang diusulkan oleh Munajat (yang pernah menjadi Delegasi RI ke Konferensi Meja Bundar). Ketika tahun 1965, saat Partai Komunis Indonesia (PKI) merajalela, Pemuda Katolik mengubah politik bersama yang lain. Semua organisasi pemuda berbaju hitam, hanya gambar di belakang yang membedakannya, salib, kepala banteng, dsb. Dalam masa itu Pemuda Katolik kesulitan dalam membendung masa PKI. Pemuda Katolik tidak mempunyai masa banyak. Saat itu orang Katolik jumlahnya belum banyak. Timbul inisiatif untuk mendidik 50 orang anggota Pemuda Katolik secara basis Marhaen yang ditempat tersebut terdapat Marhaen. Hasilnya memang mengejutkan, Pemuda PNI berkembang pesat dengan terjunnya Marhaen Katolik tadi. Namun sayang  bahwa generasi muda Marhaen yang Katolik sudah tidak sehebat dan sepaham dengan generasi muda pertama dan kedua.
         Pada tahun 1922 Pastor Van Lith, dialun-alun Mangkunegara pada suatu pagi menyaksikan Padvinder Pribumi (Pramuka) sedang latihan. Pada saat itu, Pastor Van Lith merenungkan (dari catatan harian beliau) sebagai berikut : Pada saat ini anak-anak pribumi tampak jinak bagi Pemerintah Hindia  Belanda, akan tetapi besok bila mereka telah dewasa pasti datang saatnya mereka akan menjadi musuh Pemerintah Belanda. Dan jika hal itu terjadi, saya akan memihak bangsa Indonesia. Nasib bangsa Indonesia yang akan datang terletak pada pemuda-pemudanya. Demikian pula nasib Gereja di Indonesia ini, terletak apada pemuda-pemuda Katolik-nya.
       Bulan Agustus tahun 1923, sejumlah 30 guru bekas murid-murid Kweekschool (SGB) jaman penjajahan Belanda yang usianya 22 hingga 23 tahun mendirikan perkumpulan Katolik untuk aksi politik bagi orang-orang Jawa. Saat itu jumlah orang Katolik di Jawa sekitar 1.000 orang. Bulan Februari tahun 1925 berdiri Perkumpulan Politik Katolik Jawa. Tahun 1930 organisasi-organisasi politik umat Katolik bersatu menjadi Persatuan Politik Katolik Indonesia diseluruh Indonesia (Hindia Belanda) sebelum pecah Perang Dunia II, terdapat 41 cabang. Sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga tahun 1966 Partai Katolik hampir selalu duduk dalam kabinet. Tahun 1948 hingga 1950 berlaku Kasimo Plan, yaitu rencana produksi pertanian selama tiga tahun yang dicetuskan oleh Bapak. I.J. Kasimo yang saat itu menjadi Menteri Muda Kemakmuran. Tanggal 1 sampai 17 Desember 1949 diadakan KUKSI. Dalam KUKSI diputuskan untuk Partai Katolik, yaitu satu-satunya partai politik di Indonesia bagi umat Katolik.
      Tgl 21 Februari 1957, diumumkan adanya Konsepsi Presiden, yaitu ide mengenai Demokrasi Indonesia yang berdasarkan Gotong-royong. Berdasarkan ide tersebut, dibentuk Dewan Nasional dan Kabinet Kaki Ampat (terdiri dari Masyumi, NU, PNI, dan PKI). Mengenai Konsepsi Presiden yang ditawarkan kepada partai-partai tersebut, NU, PSII, Parkindo, IPKI, PSI menyatakan pikir-pikir dulu, sedangkan Partai Katolik dan Masyumi dengan tegas menolak. Sejak saat itu, Partai Katolik dan Masyumi tidak pernah diikutsertakan dalam Pemerintahan (tidak ikut duduk dalam Kabinet/tidak ada umat Katolik yang menjadi Menteri). Tahun 1948 Ketua Umum Partai Katolik mengalami pergantian. Bapak I.J. Kasimo digantikan Bapak Frans Seda. Mulai saat ini Partai Katolik diikutsertakan dalam Pemerintahan lagi. Tgl 30 September 1965timbul pemberontakan PKI yang kedua, yang menyebabkan Orde Lama (Orla) diganti dengan Orde Baru (Orba). Bersamaan dengan itu timbul organisasi-organisasi yang bersifat pejuang politik temporer, yaitu : Front Pancasila, KAMI, KAPPI, dll.. Sejak saat itu pula umat Katolik membentuk Front Katolik Tanpa Lubang, yaitu semua umat Katolik termasuk umat Katolik yang berorientasi Nasionalisme dan masuk dalam organisasi-organisasi Marhaen (PNI, GMNI, PERWANAR, GSNI, dll) supaya bersatu melawan gerakan Komunis yang mengadakan pemberontakan. Tgl 5 sampai 8 Desember diadakan Kongres X di Yogyakarta, merupakan Kongres terakhir Partai Katolik, sebab setelah itu timbul pengelompokan sosial politik menjadi tiga, yaitu : Golongan Karya Pembangunan, Golongan Pembangunan Spiritual, dan Golongan Pembangunan Materiil. Kemudian, dengan adanya Undang-undang No.5 Tahun 1973, ketiga golongan tadi menjadi GOLKAR, PPP, dan PDI. Secara resmi, Partai Katolik berfusi dalam Partai Demokrasi Indonesia bersama dengan PNI, Parkindo, IPKI, dan MURBA. Sejak saat itu kegiatan berpolitik bagi umat Katolik secara formal terdapat di dalam dua wadah, yaitu dalam PDI dan GOLKAR. Secara tidak langsung melalui kedinasan ABRI dan diangkat ke DPR (F-ABRI).
         Di kediaman Bapak I.J. Kasimo, Jl. Sutan Syahril No.33 A Jakarta, tgl 28 Agustus 1928, dilaksanakan misa dengan iringan nyanyian Gregorian untuk mengenang ibadat perjuangan mendatang (bertepatan dengan pesta Santo Agustinus) yang dipimpin oleh Mgr. Darius Nggawa (Uskup Larantuka, Flores). Acara tersebut dihadiri oleh para pengurus Yayasan Kasimo DKI Jakarta dan sebagian anggota pendiri yayasan, diantaranya Bapak Frans Seda dan Bapak Wignyasumarsono. Uskup dalam khotbahnya mengatakan : Agustinus hidup pada jaman peralihan setelah runtuhnya Kekaisaran Roma yang telah memberikan angin baik dalam perwartaan iman pada masa itu. Kiranya ada dua hal yang patut kita petik dari tulisan Agustinus, ialah optimisme dan yakin pasti ada jalan. Inilah dorongan yang memberikan kehidupan politik gereja pada masa itu, dan hasilnya seperti apa yang kita rasakan sekarang. 


PRO ECCLESIA ET PATRIA!!!


PRO BONO PUBLICO!

Peraturan dan Tata Kerja Pemuda Katolik

Peraturan Dan Tata Kerja by John

AD/ART Pemuda Katolik

AD/ART Pemuda Katolik by John