Sabtu, 21 November 2015

Juguran dan Diskusi dalam rangka Hari Lahir Pemuda Katolik Ke-70

Dok. Pemuda Katolik Komcab, Banyumas

         Jumat, 20 November 2015 - Dalam rangka memperingati hari lahir Pemuda Katolik se-Indonesia yang ke-70, Pemuda Katolik Komisariat Cabang Kabupaten Banyumas menyelenggarakan Juguran bersama dengan Kaum Muda Katolik di Purwokerto. Kegiatan ini mencoba mendiskusikan terkait Para Tokoh Katolik yang ikut terlibat dalam membangun bangsa ini, terlebih dengan semangat perjuangannya. Sebagai contoh Mgr. Soegijapranata, SJ yang turut andil dalam perjuangan bangsa ini dan mendorong aktif Kaum Muda Katolik kala itu dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Beliau juga terkenal dengan semboyannya yang berbunyi "100% Katolik, 100% Indonesia", jika kita menjadi Katolik yang baik, maka kita juga seharusnya menjadi Patriot yang baik pula. Selain itu ada IJ. Kasimo yang terkenal dengan Partai Katolik, bagaimana beliau membawa harum nama Katolik melalui Partai Katolik dan turut andil menjadi salah satu Menteri dalam Pemerintahan kala itu. Disaat krisis, beliau ikut menolak kebijakan-kebijakan Pemerintah yang dirasa kurang memihak pada Rakyat. Sedangkan dikalangan tokoh Rohani, ada Santo Yohanes Berchman dengan semangat mudanya yang gigih menjalankan tugasnya sebagai Biarawan sampai wafatnya diusia mudanya.                Juguran dan diskusi ini disampaikan oleh RD. Paulus Hendro Priatmoko selaku Romo Moderator Pemuda Katolik Komcab Banyumas dan dimoderatori oleh Vinsensius Damas B yang merupakan kader Pemuda Katolik Komcab Banyumas. Juguran ini dihadiri oleh beberapa Kaum Muda Katolik yang tergabung dalam beberapa komunitas dan organisasi seperti PMKRI, OMK3R, Umaka, dan KMK STIKom Yos. Sudarso. Acara Juguran ini dilanjut dengan makan bersama dan ramah tamah dan berlanjut sampai pukul 23.00 WIB. Acara ini diadakan di Cafe Cengkir Gading Purwokerto.
Diharapkan melalui kegiatan ini Kaum Muda Katolik dapat mencontoh teladan dari Para Tokoh Katolik tersebut. [red]

Pro Bono Publico!
Pro Ecclesia et Patria !!!

Rabu, 28 Oktober 2015

Refleksi Sumpah Pemuda (28/10/1928 - 28/10/2015)

Sumpah Pemuda dapat dikatakan sebagai tonggak sejarah yang penting bagi bangsa Indonesia. Sumpah ini merupakan suatu pengakuan Pemuda-pemudi Indonesia dalam mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 yang merupakan hasil kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia atau Kongres Pemuda II yang hingga kini diperingati tiap tahunnya. Dengan demikian pada tanggal 28 Oktober 1928 dapat dikatakan sebagai bukti otentik kelahiran bangsa Indonesia, yang merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dari kolonialisme. Kondisi ketertindasan inilah yang mendorong Pemuda-Pemudi Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan dan mengangkat harkat dan martabat hidup bangsa Indonesia. Tekad inilah yang menjadi komitmen bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaanya, yang terwujud 17 tahun kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945.


SEJARAH SINGKAT SUMPAH PEMUDA

Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie. 

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Adapun panitia Kongres Pemuda terdiri dari :

Ketua             : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua    : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris       : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara      : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I     : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II    : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III   : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV   : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V    : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)


Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin

Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus menyanyikannya.

GENERASI MUDA SEKARANG

Sekarang ini kaum muda di Indonesia telah mengalami krisis kebangsaan. Jangankan menghayati isi Sumpah Pemuda, untuk sadar sebagai makhluk sosialpun sudah memudar. Pemuda-pemudi sekarang lebih cenderung hidup individu, jikalau berkelompok mereka lebih berkelompok dengan golongannya. Perkembangan teknologi jika tidak dimanfaatkan secara positif, juga dapat berpengaruh akan kesadaran dan tanggung jawab para Pemuda dalam menjaga keutuhan bangsa ini. Tindakan-tindakan kriminalitas sekarang ini sebagian besar dilakukan oleh kalangan muda, mulai dari tawuran, pencurian, pelecehan seksual, hingga pembunuhan.

Pemuda Indonesia sekarang harus mulai tergugah dengan kondisi bangsa ini yang kian hari semakin jauh dari cita-cita luhur bangsa. Kaum Muda sebagai generasi penerus harus mampu semenjak dini berkontribusi aktif dalam pembangunan bangsa. Dimulai dari diri sendiri, sadar akan realita jaman dan terlibat aktif dalam membangun bangsa ini, sehingga dapat membentuk karakter bangsa yang baru serta diisi oleh generasi muda yang kreatif, inovatif dan produktif. Diharapkan bangsa ini akan semakin maju dan bangkit dari keterpurukan.

MOEDA, UNTUK GEREJA DAN TANAH AIR

Kaum muda Katolik sebagai garda depan dalam perjuangan nilai-nilai ke-Katolikan di bumu pertiwi ini, sudah selayaknya dan seharusnya turut berperan aktif dalam membangaun bangsa Indonesia. Seperti yang telah diamanahkan oleh Pahlawan bangsa dan gereja Mgr. Soegijapranata SJ, bahwa sebagai orang Katolik yang baik maka kita juga harus menjadi patriotik yang baik pula, 100% Katolik dan 100% Tanah Air. Demikian pula kita sebagai Pemuda-pemudi Katolik harus mendaraskan iman, jiwa dan raga kita kepada Gereja dan Tanah Air.

Gereja bukan sekedar simbol tempat ibadah ataupun kelembagaan agama, namun gereja juga sebagai candradimuka untuk menempa ilmu dan mempersiapkan Kaum Muda Katolik untuk meneruskan perjuangan pendahulu gereja. Begitu pula dengan keterlibatan Kaum Muda Katolik dalam perjuangan mempertahankan keutuhan Tanah Air Indonesia, dengan berkontribusi aktif di tengah-tengah masyarakat luas serta mengimplementasikan ajaran-ajaran sosial gereja. Sehingga kedepan, generasi muda Katolik telah siap dan matang menjadi agent of change dan agent of social control.

Hidup Pemuda!!!
Pro Ecclesia et Patria!!!

Senin, 14 September 2015

Kembali bergerak! Pemuda Katolik Komcab.Banyumas dipimpin Robertus Aditya

Pelantikan Pengurus Pemuda Katolik Komcab.Banyumas
Purwokerto - Pro Ecclesia et Patria dan Pro Bono Publico, dua semboyan yang telah sekian lama tidak berkumandang di wilayah Kabupaten Banyumas, kini mulai dikumandangkan kembali.

Pemuda Katolik Komisariat Cabang Banyumas yang telah lama mengalami masa "mati suri" kini kembali dihidupkan oleh para kaum muda Katolik yang tergerak hati membangun organisasi kepemudaan/kemasyarakatan ini kembali. Sebagai salah satu Ormas Katolik yang diakui oleh Gereja dan Negara, diharapkan kedepan Pemuda Katolik mampu berkontribusi bagi kepentingan Gereja dan Tanah Air, terlebih di wilayah Kabupaten Banyumas.

Minggu (13/09/2015) bertempat di Wisma Margasiswa St.Tarsisius Keuskupan Purwokerto, dilaksanakan pelantikan Pengurus Pemuda Katolik Komisariat Cabang Banyumas Periode 2015-2018. Pada moment yang bersejarah ini, Stefanus Agus selaku Ketua Pemuda Katolik Komda Jawa Tengah telah melantik Pengurus Pemuda Katolik Komcab Banyumas. Pelantikan ini diawali dengan simbolis penyerahan Bandera Panji Pemuda Katolik ke Ketua Pemuda Katolik Komcab Banyumas, Robertus Aditya.
Dalam pelantikan ini, Pengurus Pemuda Katolik Komcab Banyumas juga mendapatkan berkat perutusan oleh RD. Paulus Hendro selaku Pastor Moderator Pemuda Katolik Komcab Banyumas.

Pemuda Katolik diharapkan dapat bersinergi dengan Organisasi Kepemudaan/Kemasyarakatan lain di wilayah Banyumas sehingga dapat menjaga persatuan dan kesatuan, tutur Perwakilan dari Bakesbangpol Kabupaten Banyumas. Sedangkan Stefanus Agus (Komda Jateng), berpesan agar Pemuda Katolik di Wilayah Banyumas dapat melakukan re-generasi dan dapat pula dikembangkan ke Kabupaten/Kota terdekat, sehingga kekuatan Pemuda Katolik semakin kuat dan solid. 
Berbeda dengan RD. Paulus Hendro (Moderator Pemuda Katolik), beliau berharap agar Pemuda Katolik mampu memberikan kontribusi lebih bagi Gereja dan Tanah Air serta dapat mengajak keterlibatan Kaum Muda Katolik di wilayah Keuskupan Purwokerto.
Sedangkan Adit, sapaan akrab Ketua Pemuda Katolik Komcab Banyumas mengharapkan Pemuda Katolik Komcab Banyumas mampu bersinergi dengan Organisasi Kepemudaan lainnya. Sehingga mampu berkontribusi bagi kepentingan Gereja dan Tanah Air.

Dalam pelantikan ini,hadir juga Alumni Pemuda Katolik Komcab Banyumas dan beberapa Organisasi Kemasyarakatan seperti WKRI dan PMKRI. [Red]


Senin, 07 September 2015

Temu Pejabat Publik Keuskupan Purwokerto

Foto Bersama Walikota Solo, Bpk. FX. Hadi Rudyatmo
Dok. Pemuda Katolik
Purwokerto - Minggu (6/9/2015) bertempat di Aula Hotel Dominic Purwokerto, Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) Keukupan Purwokerto menyelenggarakan Temu Pejabat Publik yang berada di wilayah Keuskupan Purwokerto.

Dalam pertemuan ini, Bpk. FX. Hadi Rudyatmo (Walikota Solo) yang diundang langsung untuk memaparkan dan sharing terkait aktivitas beliau dikancah perpolitikan serta kehidupan menggerejawinya. Dikancah perpolitikan, beliau memulainya pada usia yang masih muda. Diawali dengan masuk di sebuah Partai yang digawangi oleh Mantan Presiden RI ke-5, Ibu Megawati Soekarno Putri. Pada usia yang masih muda itulah beliau belajar bagaimana berpolitik yang bersih, menggunakan partai polik sebagai kendaraan untuk kepentingan rakyat. Bahkan sampai sekarang beliau masih tinggal di rumah sederhana, sebagai bukti bahwa menjadi tokoh politik itu tidak untuk mencari keuntungan pribadi.

Selain itu beliau memaparkan tentang pilar kebangsaan. Menurut beliau, apa yang dikatakan dan sering didenungkan sebagai empat pilar kebangsaan ( Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika ) itu agak sedikit keliru. Pancasila sebagai dasar negara, tidak seharusnya dimasukan didalam empat pilar kebangsaan.
Beliau juga memaparkan program kerja apa saja yang dilakukan pemerintah Kota Solo dalam penataan segala bidang di Kota Solo. Diantaranya membuat tempat-tempat publik seperti Kantor Kecamatan, Kantor Desa, Puskesmas, sebagai tempat pelayanan yang efektif dan efisien dengan merehab bangunan serta merubah cara pelayanan yang lebih friendly. Pemkot Solo juga memindahkan area perkampungan yang rawan banjir di dataran yang lebih tinggi dan memperbanyak sanitasi.

Acara ini dihadiri oleh Wakil Bupati Banyumas bersama Istri, beberapa warga Gereja yang duduk di kursi DPRD, dan pimpinan Organisasi Kemasyarakatan seperti WKRI, PMKRI dan Pemuda Katolik. [red.]

Senin, 31 Agustus 2015

Karolin pimpin Pengurus Pusat Pemuda Katolik

dr. Karolin Margret Natasa
Batam (23/8) - Kongres Pemuda Katolik XVI yang sekiranya dilaksanakan pada tanggal 22-23 Agustus 2015 di Batam, telah memilih Ketua Umum PP Pemuda Katolik yang baru, Karolin Margret Natasa.

Rekam jejak Karolin Margret Natasa tidak muncul begitu saja di Pemuda Katolik. Telah diketahui sebelumnya, Karolin pernah menjabat sebagai SekJend PP Pemuda Katolik.


Karolin menang mutlak dengan mengalahkan dua kandidat lainnya, yakni Hironimus Hilapok dan Mervin Sidapun Komber. Karolin meraih suara sebanyak 215 dari 273 suara sah. Sementara Hironimus hanya meraih 52 suara dan Mervin 6 suara. Tidak ada ada suara abstain dan rusak. Dengan demikian, Karolin Margret Natasa secara sah telah terpilih sebagai Ketua Umum PP Pemuda Katolik Periode 2015-2018 menggantikan Sdr. Agustinus Tamo Mbapa.

Sebagai Ketua Umum terpilih, Karolin bersama Tim Formatur segera mungkin membentuk struktur dan komponen Pengurus Pusat Pemuda Katolik Periode 2015-2018 untuk menjalankan program dan rekomendasi yang telah diputuskan dalam Kongres Pemuda Katolik XVI.

Dalam pemaparan visinya, Karolin ingin membawa Pemuda Katolik menjadi sarana untuk mewujudkan kegembiraan dan harapan kaum muda Katolik Indonesia. Visi ini diaktualisasikan dalam tiga misi utama, yakni memberdayakan Komisariat Cabang dan Komisariat Daerah sebagai basis dan ujung tombak organisasi PK, merevitalisasi proses perekrutan anggota dan kaderisasi di tingkat Komisariat Cabang dan Komisariat Daerah.

Dalam Kongres Pemuda Katolik XVI ini juga membahas mengenai masalah-masalah internal organisasi serta permasalahan yang sedang terjadi di tanah air ini, serta merumuskan program kerja yang akan dilaksanakan tiga tahun kedepan. [red]

Pro Ecclesia et Patria!

Jumat, 10 Juli 2015

KONGRES PEMUDA KATOLIK XVI



Kongres Pemuda Katolik XVI sekiranya akan dilaksanakan di Kota Batam, Kepulauan Riau pada akhir bulan Agustus 2015 nantinya. Sebuah perhelatan besar di tubuh organisasi Pemuda Katolik ini dalam ajang merumuskan masalah internal maupun eksternal baik yang berkaitan dengan keprihatinan Bangsa maupun diluar itu.

Pada agenda yang diselenggarakan tiga tahun sekali ini pun merupakan moment yang seharusnya dijadikan para Kader Pemuda Katolik untuk memikirkan kondisi Pemuda Katolik baik di tingkat Nasional maupun ditataran paling bawah, pada tingkat Ranting sekalipun. Para delegatus dari Komisariat Daerah maupun Komisariat Cabang yang akan hadir di forum terhormat inipun hendaknya bukan lagi berpikiran bahwa Pemuda Katolik adalah organisasi untuk “loncatan” ke Partai Politik, menggunakan Pemuda Katolik hanya sebagai alat menuju kekuasaan semata. Sehingga di forum ini tercipta hasil-hasil rumusan yang nantinya dapat dibawa ke daerah masing-masing untuk mengembangkan kaderisasi di tataran basis. Dengan demikian kaderisasi dan pembenahan organisasi dapat segera dibenahi, sehingga Pemuda Katolik mampu bangkit kembali untuk menyuarakan suara Rakyat dan mengibarkan panji-panji Pemuda Katolik seluruh penjuru Bangsa ini.

Forum ini nantinya juga akan membahas dan  memilih Pemuda Katolik 01/Ketua Umum. Harapan kami agar Ketua Umum yang terpilih nantinya dapat memajukan serta mendorong Para Kader Pemuda Katolik dan Kaum Muda Katolik pada umumnya untuk berkontribusi memperjuangkan hak-hak Rakyat Indonesia.

[red]
 

Senin, 06 Juli 2015

Semarak PDYD (Purwokerto Diocese Youth Day) 2015

Seribuan Orang Muda Katolik (OMK) Keuskupan Purwokerto memenuhi Aula Paschalis, Katedral Purwokerto, Kamis (25/6/2015) sore pkl. 16.15 WIB. Para utusan dari 24 paroki di seluruh Keuskupan Purwokerto ini meramaikan gelaran Purwokerto Diocese Youth Day (PDYD) 2015 yang berlangsung dari 25-28 Juni 2015.

Berbagai kegiatan yang bertema “Diberkati untuk Berbagi” mewarnai PDYD ini seperti workshop teater, jurnalistik, liturgi, kewirausahaan yang dikemas menarik bagi orang muda. Juga pesta rakyat, games rakyat serta aneka perlombaan diikuti para peserta yang sudah akrab satu dengan yang lain.
Kegiatan empat hari dipuncaki dengan malam festival. Pertunjukkan gabungan antarparoki menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Para peserta saling unjuk kreativitas di panggung seni, Sabtu (27/6/2015) malam di Paschalis Hall, Katedral Purwokerto.

“Kolosal-kolosal pertunjukkannya keren-keren. Kreatif, luar biasa. Semuanya orang muda”, ujar Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) RD Antonius Haryanto kepada Sesawi.net

Tampilan drama kumpulan pocong, gendrowu, tuyul dan lain-lain ingin mengkritik bagaimana manusia dengan mudah mempersalahkan setan apabila berbuat salah padahal manusia mencari senangnya sendiri.

Seni Dolalak yang disajikan banyak OMK menjadi bentuk sikap bahwa OMK juga mencintai budaya. Suasana makin meriah ketika vokalis grup band ‘Jikustik’, Pongki Barata tampil menghibur para peserta. Pongki pun berpesan supaya OMK berani hidup dan mengedepankan kejujuran.

PDYD ditutup hari ini Minggu, (28/6/2015) dengan perayaan Ekaristi dengan selebran utama Uskup Keuskupan Purwokerto Mgr. Julianus Sunarka. Uskup Kemo, demikian kerap disapa mengajak orang muda menjadi garam dan orang yang mampu memberi keteladanan pada masyarakat.

Selain Keuskupan Purwokerto, ada 17 keuskupan lainnya yang juga bersiap diri menyelenggarakan acara Youth Day. “Tahun ini ada 18 keuskupan yang mengadakan Youth Day. 2 keusukupan mengadakan festival budaya,”ujar Romo Hary
Sumber : Sesawi.Net

Sabtu, 06 Juni 2015

ORANG MUDA KATOLIK
BERPOLITIK ???

Sumber : google.com
Sejarah Indonesia 1965 mencatat, aktivis muda Katolik dalam jagad perpolitikan, sosok Soe Hok Gie, Harry Tjan Silalahi, Cosmas Batubara, dan lain-lain turut ambil bagian dalam sejarah bangsa. Sosok Soe Hok Gie, demonstran, tokoh muda kritis, non partisan, non ormasan, kolomnis, tionghoa menyuarakan suara-suara kritis kepada bangsa. Termasuk kritis kepada teman-teman aktivis Katolik yang masuk parlemen adalah suatu pilihan dan gaya berpolitik. Sosok Harry Tjan Silalahi, Cosmas Batubara, tokoh politik muda Katolik, demonstran yang menerima tawaran masuk parlemen adalah suatu pilihan dan gaya berpolitik.

Bagaimana Sekarang?

Secara umum kita kehilangan musuh bersama, sehingga gerakan tidak fokus, kerja sporadis, dan kerja sendiri-sendiri. Dalam kehidupan dengan orang muda Katolik, khususnya di Surabaya, ada tegangan dalam memandang politik. Di satu sisi banyak kawan muda Katolik kita yang terlalu takut, “cenderung apriori” kepada dunia politik. Hal ini disebabkan pertama, minimalnya pendidikan dan pengetahuan politik. Kedua, terbatasnya pergaulan dan komunikasi dengan tokoh-tokoh politik (masyarakat). Ketiga, praktik politik yang kotor, haus kekuasaan, rawan konflik, rawan korupsi dan lain sebagainya yang beredar luas dalam masyarakat turut mempengaruhi cara pandang mereka.
Di sisi lain, ada sedikit kawan yang memandang politik sebagai ruang peran yang bisa dimanfaatkan demi kepentingan umum termasuk di dalamnya menyalurkan kepentingan Katolik. Mereka diilhami pemikir besar yang mengatakan politik itu mulia. Ada beberapa kawan muda Katolik yang terlibat politik, saat ini menjadi anggota DPRD, ada pula yang berjuang dalam wadah politik lainnya

Dikotomi

Kita sering merasakan umat Allah, termasuk orang muda Katolik terlalu memisahkan (dikotomis), wilayah hierarki gereja adalah suci, dunia termasuk politik adalah kotor. Cara pandang kita terhadap persoalan gereja yang suci, dan dunia (politik) yang kotor membuat kita semakin rancu.
Kita perlu diingatkan pelaku sejarah dua wilayah adalah manusia. Selama manusia yang melakukan fungsi-fungsi itu selalu ada nilai baik atau buruk. Sangat tergantung moralitas manusia yang mengemban titah itu.
Sesuci-sucinya gereja, jika moralitas pimpinan tak bisa dipertangunggungjawabkan. Yang namanya korupsi, kolusi, nepotisme, penyelewengan jabatan dan seksual dan lain sebagainya bisa saja terjadi. (itu tercatat dalam sejarah).
Demikian pula, sebaik-baiknya sistem pemerintahan kita, jika moralitas pimpinan tak bisa dipertangunggungjawabkan, yang namanya korupsi, kolusi. Nepotisme, penyelewengan jabatan dan seksual dan lain sebagainya bisa juga terjadi.
Bagaimana menyikapi tegangan dan dikotomi ini? Perlu dipetakan dahulu wilayah itu. Pertama, kebanyakan kawan muda Katolik yang tidak terbiasa dengan kehidupan politik adalah dari kalangan muda yang tidak aktif dalam organisasi kemahasiswaan/kepemudaaan. Kebanyakan mereka menikmati masa muda tanpa organisasi atau organisasi lokal misal KMK, Mudika, dan lain-lain. Mereka terbiasa dilatih jadi kader gereja tetapi minimal dipersiapkan dalam wilayah publik. Namun, saya juga mendapati sedikit kader gereja yang tak kenal ormas, justru lebih energik dan kritis hal ini terkait pergaulan dan komunikasi dengan tokoh-tokoh politik tertentu.
Kedua, kebanyakan cikal bakal peminat politik adalah kaum muda Katolik jebolan organisasi kemahasiswaan/kepemudaan baik yang agamis ataupun sekuler. PMKRI, GMNI, PMII, Pemuda Katolik, LMND dan lainnya menyumbang besar bagi kaum muda Katolik peminat politik. Namun, tidak semua kaum muda Katolik lulusan organisasi itu politis, ada juga yang apolitis.
Di samping itu, kita mendapati fakta ormas kader Katolik sering bertempur internal yang kurang produktif. Ada Ormas Katolik mandeg dihuni terlalu lama (ada yang puluhan tahun) kader sendiri. Terlalu banyak dalih dikemukakan, terlalu banyak kepentingan sesaat dimainkan. Akhirnya ormas kemahasiswaan/kepemudaan Katolik semakin sepi peminat. Lalu siapa yang bakal jadi kader politik kita?
Ketiga, lembaga ”kaderisasi bayang-bayang” Katolik turut menyumbang lahirnya peminat politik. Mengingat bidang garapan yang berorientasi kepemimpinan dan kekuasaan publik, kader lembaga ini masih cukup bisa diperhitungkan.
Keempat, masih konsistennya lembaga kader pastor. Kebanyakan umat Katolik merasakan wilayah seminari dan pastor adalah wilayah suci agama Katolik. Umat menganggap wilayah ini bebas politis, kaum muda Katolik pun tidak sadar bahkan mengganggap gereja tidak bermain politik. Justru dengan konsisten pada wilayah itu gereja semakin politis. Gereja melanggengkan kekuasaan di tanah air. Gereja Katolik sudah mempersiapkan kader politik internal yang bakal mengisi kekuasaannya.
Ini wacana dan praktik supaya umat tidak terlalu apolitis (benci politik dan lain sebagainya). “Ini mungkin menyinggung hierarki, namun jangan marah.” Sebenarnya Jauh hari Gereja berpolitik, namun kadang umat kurang menyadarinya. Contoh lagi gereja berusaha mensejahterakan umat dengan sekolah, gerakan credit union atau lewat PSE (pengembangan sosial ekonomi) adalah salah satu politik gereja.
Melihat peta itu, kita punya sikap, pertama, wilayah politik perlu dimasuki generasi muda Katolik. Mengingat, kita punya tanggung jawab bersama menciptakan kesejahteraaan dan perdamaian bagi semua orang. Wilayah itu bukan wilayah tabu untuk dimasuki. Kita sering mengkambinghitamkan politik sebagai wilayah jahat, namun sejatinya segala wilayah kehidupan baik itu sosial, ekonomi, agama dan lain sebagainya juga mempunyai sisi-sisi suram. Tugas kita adalah menjadikannya cemerlang.
Kedua, hendaknya basis intelektual dan iman melandasi kita dalam berpolitik. Sebab tanpa intelegensia dan iman yang memadai kita gampang terperosok dalam bayang-bayang politik yang bisa didesain kotor.
Ketiga, Politik bukan sekedar wacana tetapi gabungan wacana dan praktik. Oleh sebab itu, kaum muda Katolik perlu didorong terlibat secara aktif sehingga pada saatnya siap menjadi kader dan leader di setiap lini.

Kendaraan

Inilah yang menjadi pokok keprihatinan kita, dulu era 1960 Katolik punya akses langsung kepada Partai Katolik, tetapi semenjak fusi tahun era 1970-an ke dalam PDI. Umat kita mengalami kebimbangan. Secara sejarah, umat Katolik dekat partai berbasis nasionalis, seperti PDI dan turunannya.
Kita perlu menyalurkan orang muda Katolik ke partai yang memungkinkan bisa masuk partai berbasis nasionalis PDIP, Golkar, Demokrat dll bisa dipertimbangkan. Partai berbasis Islam terbuka seperti PKB dan PAN juga pantas diperhitungkan.

Profesi

Sejatinya orang muda Katolik dihadapkan pada masalah keprofesian dirinya dan persoalan perut (masa depan). Kaum muda perlu berusaha sekuat tenaga dan pikirannya untuk memberdayakan dirinya ini. Kaum muda Katolik diharapkan berisi secara rohani dan materinya.
Secara profesi, kaum muda diarahkan menjadi banyak profesi tergantung cita-cita dan realitanya, ada yang diarahkan jadi pengusaha, dokter, insinyur, jaksa, hakim, tentara, polisi, birokrat, dosen, peneliti, pengacara dan lain-lain.
Jika suatu saat nanti disambungkan dengan dunia politik, kaum muda kita relatif nyambung baik, dan siap. Hal ini semakin baik apabila gereja yang menaungi, mempersiapkan generasi mudanya dengan bekal keduniaan/keprofesian/keintelektualan. Niscaya kader-kader muda gereja semakin diperhitungkan. Ada mutualisme yang saling menguntungkan, kaum muda berusaha dan bergerak demi masa depannya, gereja ambil bagian konkret dalam karya dunia yang lebih konkret pula.

Penulis : Kanisius Karyadi

Senin, 25 Mei 2015

Rembug Gayeng Regeng di Katedral Semarang



“REMBUG, GAYENG, REGENG”
Di Keuskupan Agung Semarang

 
sumber : koleksi foto Gereja Katedral Semarang
         Semarang, 24/05/2015. Kaum muda Katolik se-Keuskupan Agung Semarang dari segala penjuru berkumpul di Aula Keuskupan Agung Semarang. Bukan saja dari wilayah territorial Keuskupan Agung Semarang saja yang turut merapat ke Keuskupan Agung yang penuh catatan sejarah itu. Namun turut serta pula Kaum Muda dari wilayah Keuskupan Purwokerto, salah satunya kawan-kawan Pemuda Katolik Komisariat Cabang Banyumas.
           Ada apa gerangan kaum muda Katolik itu berkumpul? Pada hari yang berbahagai itu kaum muda Katolik di Semarang mengadakan agenda rutin yang diberi nama “Rembug, Gayeng, Regeng” dengan tema Gereja Mempersiapkan Kader Bangsa. Acara tersebut diisi oleh tokoh Katolik sekaligus Menteri Perhubungan RI, Bapak Ignatius Jonan dan RD. Edi Purwanto selaku Sekretaris KWI untuk berbincang-bincang bersama.
          Sesi yang pertama diisi sharing oleh Bapak Ignatius Jonan beserta Istri. Beliau merupakan salah satu Kader Katolik yang sukses di dunia bisnis dan perpolitikan. Nama beliau tidak hanya dikenal setelah menjadi Menteri, namun kesuksesannya patut untuk dipuji waktu beliau berkiprah di BUMN sebagai Dirut. PT Kereta Api Indonesia. Segala stretegi dia lakukan dalam pengembangan transportasi, khususnya kereta api. Mulai dari segi pelayanan sampai fasilitas interior kereta api itu sendiri. Berkat kesuskesannya di PT.Kereta Api Indonesia itu, beliau dipercaya Rakyat Indonesia untuk melenggang di kancah perpolitikan sebagai Menteri Perhubungan RI.
          Di moment ini, Bapak Jonan memberikan “wejangan” terhadap kaum muda Katolik agar dapat menjadi kaum muda Katolik yang terjun langsung ke masyarakat dan berkiprah bagi Negara. Beliau juga menuturkan pengalaman iman beliau sebagai umat Katolik tanpa harus memampangkan ke-Katolikannya itu.
          Pada sesi yang kedua RD. Edi Purwanto menambahkan bahwa sebagai kader gereja, kita juga harus berperan penting juga sebagai kader Bangsa. Tidak jauh berbeda dengan ajakan Mgr.Soegijapranata, 100% Katolik dan 100% Tanah Air.

Penulis : Robertus Aditya